
Disusun oleh :
Andhika Hanif (IX-i)
Pengesahan
Karya
tulis yang berjudul “ BIOGRAFI WALISONGO”
Ini telah
diperiksa dan disetujui isi serta susunannya.
Sidoarjo
, 19 November 2014
Telah
disetujui oleh:
Pembimbing wali kelas
SJAIFUL IMRON, S.Ag DANIK SIGUN KARTI, ST, MM
NIP. 19550818 198504 1 001 NIP.19700102
200801 2 019
Mengetahui:
Kepala SMPN
2 Candi
Drs. H. KAYIS, M.Pd
NIP. 19600828 198811 1 001
KATA PENGANTAR
Pertama-tama
kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkati kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah
manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak
ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan
dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan
kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka
dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan
juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang. Sehingga semoga
makalah berikutnya dan makalah lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih
baik.
Dengan
menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan lebih banyak pelajaran yang dapat
dipetik dan diambil dari makalah ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini kita
bisa memahami tentang sejarah sejarah kebudayaan islam terutama yang kami bahas
pada makalah kami yaitu Biografi walisongo.
Daftar
isi
A. Sejarah
Tentang Walisongo
1. Sunan Gresik …………………………………1
2.
Sunan Ampel
…………………………………2
3.
Sunan Bonang
……………………………….3
4. Sunan Giri ……………………………………4
5.
Sunan Drajat
…………………………………5
6. Sunan Kalijaga ………………………………6
7. Sunan Kudus ………………………………...7
8. Sunan Muria …………………………………8
9.
Sunan Gunung Jati ………………………….9
Penutup ……………………………………………10
A. Sejarah Tentang Walisongo
Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang yang
telah mencapai tingkat “Wali”, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal
babahan hawa sanga (mengawal sembilan lubang dalam diri manusia),
sehingga memiliki peringkat wali. Para wali tidak hidup secara bersamaan. Namun
satu sama lain memiliki keterkaitan yang sangat erat, bila tidak dalam ikatan
darah juga dalam hubungan guru-murid. Adapun penjelasan tokoh-tokoh Walisongo
adalah sebagai berikut:
1. Sunan Gresik (Syekh
Maulana Malik Ibrahim)
Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, dia
adalah seorang ahli tata negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang
ke pulau Jawa pada tahun 1404 M. Jauh sebelum beliau datang, islam sudah ada
walaupun sedikit, ini dibuktikan dengan adanya makam Fatimah binti Maimun yang
nisannya bertuliskan tahun 1082.
Dikalangan rakyat jelata Sunan Gresik atau sering
dipanggil Kakek Bantal sangat terkenal terutama di kalangan kasta rendah yang
selalu ditindas oleh kasta yang lebih tinggi. Sunan Gresik menjelaskan bahwa
dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat hanya orang yang
beriman dan bertaqwa tinggi kedudukannya di sisi Allah. Dia mendirikan
pesantren yang merupakan perguruan islam, tempat mendidik dan menggenbleng para
santri sebagai calon mubaligh.
Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat
kehidupan rakyat gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan
air dari gunung untuk mengairi sawah dan ladang.
Syekh Maulana Malik
Ibrahim seorang walisongo yang dianggap sebagai ayah dari walisongo. Beliau
wafat di gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.
2. Sunan Ampel (Raden
Rahmat)
Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Dewi Candrawulan. Beliau memulai
aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat dengan Surabaya.
Di antara pemuda yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku (Sunan Giri),
Raden Fatah (Sultan pertama Kesultanan Islam Bintoro, Demak), Raden Makdum
Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan dikenal sebagai Sunan Bonang),
Syarifuddin (Sunan Drajat), dan Maulana Ishak.
Menurut Babad
Diponegoro, Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Manjapahit,
bahkan istrinya pun berasal dari kalangan istana Raden Fatah, putra Prabu
Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi murid Ampel. Sunan Ampel tercatat sebagai
perancang Kerajaan Islam di pulau Jawa. Dialah yang mengangkat Raden Fatah
sebagai sultan pertama Demak. Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan
Masjid Agung Demak pada tahun 1479 bersama wali-wali lain.
Pada awal islamisasi Pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan
agar masyarakat menganut keyakinan yang murni. Ia tidak setuju bahwa kebiasaan
masyarakat seperti kenduri, selamatan, sesaji dan sebagainya tetap hidup dalam
sistem sosio-kultural masyarakat yang telah memeluk agama Islam. Namun
wali-wali yang lain berpendapat bahwa untuk sementara semua kebiasaan tersebut
harus dibiarkan karena masyarakat sulit meninggalkannya secara serentak.
Akhirnya, Sunan Ampel menghargainya. Hal tersebut terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga
dalam usahanya menarik penganut Hindu dan Budha, mengusulkan agar adat istiadat
Jawa itulah yang diberi warna Islam. Dan beliau wafat pada tahun 1478
dimakamkan disebelah masjid Ampel.
3. Sunan Bonang (Raden
Makdum Ibrahim)
Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra
Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid.Beliau
dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka mengembangkan ajaran
Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di Psai, Aceh, Sunan Bonang
kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren. Santri-santri
yang menjadi muridnya berdatangan dari berbagai daerah.
Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan
agama Islam selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa
yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan
pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah Islam, dengan menyisipkan
napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para wali tersebut berisi
pesan tauhid, sikap menyembah Allah SWT. dan tidak menyekutukannya. Setiap bait
lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang
mengirinya kini dikenal dengan istilah sekaten, yang berasal dari syahadatain.
Sunan Bonang sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma,
sejenis macapat yang melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah.Sunan
Bonang wafat di pulau Bawean pada tahun 1525 M.
4.
Sunan Giri
Sunan Giri merupakan putra dari Maulana
Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu putra Menak Samboja. Kebesaran Sunan
Giri terlihat antara lain sebagai anggota dewan Walisongo. Nama Sunana Giri
tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam pertama di Jawa,
Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara itu
serta terlibat dalam penyerangan ke
Majapahit sebagai penasihat militer.
Sunan Giri atau Raden Paku dikenal
sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang dagangan kepada rakyat Banjar
yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa sunyi selama 40
hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat pada
pesan ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip
dengan yang dibawahi dari negeri Pasai melalui desa Margonoto sampailah Raden
Paku di daerah perbatasan yang hawanya sejuk, lalu dia mendirikan pondok
pesantren yang dinamakan Pesantren Giri. Tidak berselang lama hanya daam waktu
tiga tahun pesantren tersebut terkenaldi seluruh Nusantara. Sunan Giri
sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau nusantara baik
dilakukannya sendiri waktu muda melalui berdagang tau bersama muridnya. Beliau
juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami,
seperti jemuran, cublak suweng dan lain-lain.
5.
Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin.
Ada suber yang lain yang mengatakan namanya adalah Raden Qasim, putra Sunan
Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi Raden Qasim itu adalah
saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya yaitu Sunan Ampel,
Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebalah barat Gresik, yaitu
daerah antara Gresik dengan Tuban.
Di desa Jalang itulah Raden Qasim
mendirikan pesantren. Dalam waktu yang singkat telah banyak orang-orang yang
berguru kepada beliau. Setahun kemudian di desa Jalag, Raden Qasim mendapat
ilham agar pindah ke daerah sebalah selatan kira-kira sejauh satu kilometer
dari desa Jelag itu. Di sana beliau mendirikan Mushalla atau Surau yang
sekaligus dimanfaatkan untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di daerah
itu, beliau mendaat ilham lagi agar pindah tempat ke satu bukit. Dan di tempat
baru itu belaiu berdakwah dengan menggunakan kesenian rakyat, yaitu dengan
menabuh seperangkat gamelanuntuk mengumpulkan orang, setelah itu lalu diberi
ceramah agama.
Demikianlah
kecerdikan Raden Qasim dalam mengadakan pendekatan kepada rakyat dengan
menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai sekarang seperangkat
gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya.
6. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau
putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika Adipati Tuban. Raden Sahid
sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi tidak
bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia
mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kpeada rakyatnya. Tapi
ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai
banyak darahnya dan diusir.
Setelah diusir selain mengembara, ia
bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan Bonang. Lalau Raden Sahid
diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di depan kali sampai
berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan
Kalijaga.
Sunan kalijaga menggunakan kesenian
dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai
kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar Islam
seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan
tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena
pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan
Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah meminta para penonton
untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik
dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan
ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam.
7. Sunan
Kudus (Ja’far Sadiq)
Sunan
Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki
keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits,
tafsir serta logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat
julukan wali al-‘ilm (wali yang luas ilmunya), dank arena keluasan
ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di
Nusantara.
Ada
cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di Baitul Maqdis,
Palestina, dan pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban
di Palestina. Atas jasanya itu, oleh pemerintah Palestiana ia diberi ijazah
wilayah (daerah kekuasaan) di Palestina, namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah
tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa, dan oleh Amir (penguasa setempat)
permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia mendirikan masjid di daerah
Loran tahun 1549, masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-Manar (Masjid
Menara Kudus) dan daerah sekitanya diganti dengan nama Kudus, diambil dari nama
sebuah kota di Palestina, al-Quds. Dalam melaksanakan dakwah dengan pendekatan
kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita keagamaan. Yang paling
terkenal adalah Gending Makumambang dan Mijil.Cara-cara berdakwah Sunan
Kudus adalah sebagai berikut:
a.
Strategi pendekatan
kepada masa dengan jalan
1.
Membiarkan adat istiadat
lama yang sulit diubah
2.
Menghindarkan konfrontasi
secara langsung dalam menyiarkan agama islam
3.
Tut Wuri Handayani
4.
Bagian adat istiadat yang
tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah.
b.
Merangkul masyarakat
Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama Hindu sapi adalah
binatang suci dan keramat.
c.
Merangkul masyarakat
Budha
Setelah masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan
tempat wudlu denga pancuran yang berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca
kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini disesuaikan dengan ajaran Budha “ Jalan
berlipat delapan atau asta sunghika marga”.
d.
Selamatan Mitoni
Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan
sejarah Nabi.
Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di
Kudus. Di pintu makan Kanjeng Sunan Kudus terukir kalimat asmaul husna
yang berangka tahun 1296 H atau 1878 M.
8.
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Salah
seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaab
Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria
karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di
sebelah utara Kota Kudus sekarang).
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi
Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu
menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria
dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang,
nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan
kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang
menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa
dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan
sebagainya.
Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria
mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria
lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan. Cara dakwah
inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa
ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.
9.
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Salah
seorang dari Walisongo yang banyak berjasa dalam menyebarkan Islam di Pulau
Jawa, terutama di daerah Jawa Barat; juga pendiri Kesultanan Cirebon. Nama
aslinya Syarif Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan
kemudian juga Banten. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu
Siliwangi.
Setelah selesai menuntut ilmu pasa tahun 1470 dia
berangkat ketanah Jawa untuk mengamalkan ilmunya. Disana beliau bersama ibunya disambut gembira oleh pangeran Cakra Buana. Syarifah Mudain minta agar diizinkan tinggal
dipasumbangan Gunung Jati dan disana mereka membangun pesantren untuk
meneruskan usahanya Syeh Datuk Latif
gurunya pangeran Cakra Buana. Oleh karena itu Syarif Hidayatullah
dipanggil sunan gunung Jati. Lalu ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung
Wati kemudian ia diangkat menjadi pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479
dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah islam dilakukannya melalui
diplomasi dengan kerajaan lain.
Setelah
Cirebon resmi
berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran,
Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama
Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa
Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
Penutup
Kesimpulan
Wali
Songo adalah kelompok ulama yang brejumlah sembilan orang. Mereka menyiarkan
agama Islam di tanah Jawa. Selain itu, mereka juga berpengaruh besar dalam
kehidupan politik pemerintahan.
Adapun nama-nama Wali Songo tersebut ialah sebagai berikut:
Adapun nama-nama Wali Songo tersebut ialah sebagai berikut:
Syiekh Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Sunan Ampel
Sunan Giri
Sunan Bonang
Sunan Kalijag
Sunan Kudus
Sunan Drajad
Sunan Muria
Sunan Gunung Jati
Dalam menyiarkan Islam mereka menggunakan kesenian dan budaya masyarakat setempat. Sehingga masyarakat merasa tidak asing dan lebih komunikatif. Usaha ini membuahkan hasil, tidak hanya mengembangkan budaya Islam, tetapi juga memperkaya kandungan budaya Jawa.
Saran-saran
Saran
yang kami sampaikan ialah sebagai berikut:
Dengan mengetahui sejarah singkat Wali Songo, mari kita bersama-sama meningkatkan iman dan taqwa kepa Allah SWT.
Setelah mengetahui cara Wali Songo menyebarkan islam pada umat islam terdahulu, marilah kita juga menyiarkan agama islam dengan cara yang disenangi oleh masyarakat zaman sekarang..
Dengan mengetahui sejarah singkat Wali Songo, mari kita bersama-sama meningkatkan iman dan taqwa kepa Allah SWT.
Setelah mengetahui cara Wali Songo menyebarkan islam pada umat islam terdahulu, marilah kita juga menyiarkan agama islam dengan cara yang disenangi oleh masyarakat zaman sekarang..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saya minta maaf jika ada kata yg salah atau yg tidak dapat dipahami..